Peran Polusi dalam Perubahan Iklim Global merupakan dua istilah yang sangat terkait dengan isu lingkungan dan kesehatan manusia. Polusi dan emisi adalah penyebab yang menyebabkan hilangnya keselamatan lingkungan, tersedia dalam pengembangan udara, dan membakar tanah dan bahan peledak. Polusi dan emisi dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk industri, transportasi, pertanian, kegiatan rumah tangga, dan munculnya bahan-bahan.
Emisi adalah emisi yang dikembangkan oleh tindakan menumbuhkan karbon, gas acing, ozone, dan halus. Penyebab yang dikembangkan pembunuh akan menyebabkan kerusakan senjata, terjadi pada abad 21.
Sebuah krisis yang terjadi akibat perubahan iklim global telah menyebabkan tindakan baru yang diperlukan oleh masyarakat, pertanian, ekonomi, dan seluruh agama. Suatu krisis terjadi akibat perubahan iklim, peningkatan tanah, penurunan sanitasi lingkungan, kebakaran selatan, dan peningkatan pertandingan tetapi juga berdampak pada kepentingan ekonomi.
Perubahan iklim global membawa kualitas udara, mengakibatkan cuaca ekstrem, dan membawa penangkapan udara di wilayah-wilayah tertentu. Sebuah krisis ini membawa beberapa kerugian yang mungkin memenuhi aspirasi kesehatan manusia, termasuk penyakit, keterlibatan angin, dan penghambatan dalam obat-obatan.
Dampak perubahan iklim, yang meliputi ketahanan pangan, pasokan air, dan kesehatan, tersebar luas dan memengaruhi semua kehidupan di Bumi. Perubahan ini dapat menyebabkan kemiskinan, kelaparan, kekurangan gizi, dan kematian, terutama bagi orang-orang termiskin di dunia. Perubahan ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit dan memperburuk konflik atas air dan tanah.
Adaptasi merupakan pendekatan terbaik untuk menanggapi perubahan iklim dan melindungi kesehatan manusia serta ekosistem. Ini termasuk membangun infrastruktur yang diperlukan, mendukung opsi adaptasi dan mitigasi bagi masyarakat, komunitas, dan negara yang rentan untuk mengurangi kerentanan, meningkatkan penghidupan, dan melindungi sumber daya alam, termasuk hutan, lautan, sungai, dan tanah.
Di Indonesia, dalam kerangka Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, sejumlah kebijakan dan program nasional telah diperkenalkan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Kebijakan dan program ini mencakup pengurangan emisi gas rumah kaca melalui Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) dan penerapan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim Nasional.
Dana Adaptasi, bagian dari Dana Iklim Hijau, merupakan sumber pendanaan penting bagi proyek-proyek yang dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim terhadap ekonomi dan masyarakat setempat. Dana tersebut telah mendukung lebih dari 1.000 proyek di lebih dari 50 negara di seluruh dunia, dengan total komitmen lebih dari $1,9 miliar.
Dana Iklim Hijau PBB akan menjadi mekanisme utama untuk mendukung upaya-upaya ini, dengan komitmen hingga $17 miliar pada tahun 2030. Pendanaan ini dimaksudkan untuk mempercepat kecepatan dan skala upaya-upaya untuk mengurangi dan beradaptasi dengan perubahan iklim, dan memastikan bahwa semua negara memiliki kesempatan untuk mewujudkan potensi mereka guna memperoleh manfaat dari masa depan yang aman dan berkelanjutan. Sasaran jangka panjang Dana Adaptasi adalah untuk membangun ketahanan, mendorong ekonomi rendah karbon, dan mencapai keadilan iklim. Untuk tujuan ini, Dana Adaptasi akan menyediakan pembiayaan yang fleksibel dan inovatif, termasuk program hibah kecil, bantuan teknis, dan pengembangan kapasitas. Untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ini, dana ini dirancang untuk bekerja dengan berbagai pemangku kepentingan. Mitra-mitra ini akan mencakup pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat lokal dan masyarakat adat.